Mengatur waktu wawancara liputan

Salah satu cara mendapatkan berita yang eksklusif dan penting adalah dengan wawancara. Wartawan akan dituntut wawancara dalam liputan di lapangan. Wawancara bisa berlangsung dengan orang biasa di pinggir jalan atau sejumlah kalangan yang memiliki jabatan. Keduanya sangat menentukan dalam membuat laporan akhir.

Khusus untuk wawancara nara sumber penting ada sejumlah etika yang perlu diingat.

1. Nara sumber adalah penting dan didudukkan sebagai seorang yang terhormat. Meskipun di pandangan wartawan barangkali ada kelemahan dari segi latar belakang, tindakan atau pandangannya namun tetap menempatkan mereka sebagai orang yang terhormat dan layak untuk didengar pendapatnya. Salah satu “penyakit” kalau boleh dikatakan seperti itu adalah arogansi wartawan sendiri dalam menghadapi nara sumber yang dipandangnya tidak intelek tetapi memiliki posisi penting dalam pemberitaan sehingga pengejaran nara sumber menjadi lemah karena selera sang wartawan yang tiadk cocok dengan sang nara sumber. Karena penting maka berusaha untuk mendapatkannya meskipun menunggu berjam-jam atau beberapa hari karena memegang kunci dalam keseluruhan laporan.

2. Sebaliknya seorang jurnalis juga seharusnya profesional tatkala menemui nara sumber. Dirinya ditempatkan sebagai bagian dari kelompok intelektual yang berusaha memaparkan sebuah informasi yang bermanfaat untuk masyarakat. Wawancara memang satu dan terbatas namun akan dirangkaikan dengan latar belakang dan mosaik berita lainnya maka akan menjadi utuh gambaran sebuah masalah atau gambaran nara sumber. Sikap profesional ini penting sehingga rangkaian pertanyaan disiapkan, riset dilakukan dan juga saat menemuinya tentu berusaha untuk meminta ijin waktu. Kalau perlu jika nara sumber sibuk dibuat janji berapa jam lagi akan menemuinya.

3. Selain keuletan mencari nara sumber, ajudan, asisten, sopir dan pembantu nara sumber kadang-kadang penting untuk menjalin kontak dengan majikannya. Mereka adalah corong dari nara sumber sehingga perlu menjalin hubungan baik dengan mereka. Kadang-kadang janji dengan menteri, gubernur, bupati atau bahkan walikota perlu memakan waktu lama.

4. Tidak lupa mengucapkan terima kasih meski mungkin mendapatkan sedikit berita dan informasi. Sikap profesional seperti ini berguna untuk masa mendatang apabila akan menjalin hubungan lagi seandainya nara sumber karirnya naik misalnya di bidang kepolisian atau departemen.

5. Dalam banyak hal menjalin janji dengan nara sumber penting harus tetap stand by apakah selesai rapat atau selesai acara keluarga. Sikap stand by merupakan sebuah tindakan profesional dengan karena ini merupakan bagian dari tugas jurnalistiknya. Seseorang yang sembrono dengan meninggalkan nara sumber penting dengan alasan malas menunggu atau nara sumber dianggapnya arogan akan menjadi kebiasaan buruk yang menghambat karir jurnalistiknya. Kadangkala seorang menteri atau pengusaha begitu sibuknya sehingga di menit terakhir membatalkan janji wawancara. Sikap menghadapi situasi tidak menentu di lapangan akan dikaji dalam tulisan lainnya.

Lowongan kerja wartawan, deadline 5 Agustus

Sahabat dimanapun berada, saya sebarkan lagi info lowongan kerja dari milis wartawan. Ingat deadline lamaran adalah 5 Agustus 2006. 

Jika Anda senang menggeluti dunia penerbitan majalah.
Pekerja keras. Penuh motivasi dan inisiatif. Senang bekerja dalam tim. Imajinatif dan kreatif…..

Atas nama klien kami, sebuah penerbit yang akan meluncurkan majalah baru, kami mengundang Anda untuk bergabung dalam posisi-posisi di bawah ini:

– Reporter Senior
– Reporter Yunior
– Fotografer
– Redaktur Bahasa
– Sekretaris Redaksi
– Desainer Grafis
– Ilustrator
– Manajer Pemasaran
– Manajer Iklan

Kirimkan Lamaran Anda ke:
Personalia Pena Indonesia,
Gedung Sarana Jaya Lt 2, Ruang 216-217
Jl. Tebet Barat IV/20
Jakarta, 12810

– Tuliskan Kode Posisi pada Sampul Lamaran
– Sertakan alamat email dan nomor HP Anda dalam Surat Lamaran
– Dikirim paling lambat: 5 Agustus 2006

REPORTER SENIOR (REPS)
– Pernah bekerja di media-massa profesional minimal 4 tahun
– Umur Maksimal 30 Tahun
– Melampirkan dua karya jurnalistik terbagus
– Berbahasa Inggris aktif, lisan maupun tertulis (TOEFL)
– Mahir menggunakan Internet dan Email
– Mahir menggunakan Microsoft Office/Open Office

FOTOGRAFER SENIOR (FOTO)
– Pernah bekerja di media-massa profesional minimal 4 tahun
– Umur Maksimal 30 Tahun
– Melampirkan dua karya foto terbagus
– Berbahasa Inggris aktif, lisan maupun tertulis (TOEFL)
– Mahir menggunakan Internet dan Email
– Mahir menggunakan Microsoft Office/Open Office
– Mahir menggunakan software semacam Adobe Photoshop

REPORTER YUNIOR (REPY)
– Lelaki atau perempuan berusia 20-25 Tahun yang berminat menjadi wartawan.
– Bersedia menjalani Tes Wawancara, Tes Bahasa Inggris, Tes Psikologi dan Tes Jurnalisme Dasar.
– Jika lulus tes, bersedia ditempatkan di salah satu dari kota-kota ini: Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Denpasar, Yogyakarta atau Makassar.
– Mahir menggunakan Internet dan Email
– Mahir menggunakan Microsoft Office/Open Office

REDAKTUR BAHASA (RBHS)
– Pernah berpengalaman minimal 3 tahun menjadi editor bahasa di media massa atau penerbitan buku profesional
– Umur Maksimum 30 Tahun
– Berbahasa Inggris aktif, lisan maupun tulisan (TOEFL)
– Mahir menggunakan Internet dan Email
– Mahir menggunakan Microsoft Office/Open Office

SEKRETARIS REDAKSI (SRED)
– Berbahasa Inggris aktif, lisan maupun tulisan (TOEFL)
– Umur Maksimal 25 Tahun
– Mahir menggunakan Internet dan Email
– Mahir menggunakan Microsoft Office/Open Office (terutama Exel, Word dan Project)

DESIGNER GRAFIS (GRAF)
– Berpengalaman minimal 3 tahun sebagai desainer grafis di majalah profesional.
– Usia maksimal 30 Tahun
– Berbahasa Inggris aktif, lisan maupun tulisan (TOEFL)
– Mahir menggunakan Internet dan Email
– Mahir menggunakan Microsoft Office/Open Office
– Mahir menggunakan Adobe PageMaker/QuarkXPress, Photoshop, Illustrator, Macromedia Freehand dan Flash.
– Memahami aspek pracetak dan cetak majalah
– Melampirkan contoh karya dalam Lamaran.

ILUSTRATOR (ILUS)
– Mahir menggambar dan melukis untuk kebutuhan media
– Usia maksimal 27 Tahun
– Mahir menggunakan Internet dan Email
– Mahir menggunakan Microsoft Office/Open Office
– Mahir menggunakan Adobe PageMaker/QuarkXPress, Photoshop,Illustrator, Macromedia Freehand dan Flash.
– Memahami aspek pracetak dan cetak majalah
– Melampirkan contoh karya dalam Lamaran.

MANAJER PEMASARAN (MPSR)
– Berpengalaman dalam distribusi majalah/koran minimal 3 tahun
– Inovatif dan kreatif dalam pendekatan pemasaran
– Berbahasa Inggris aktif, lisan maupun tulisan (TOEFL)
– Usia maksimal 30 Tahun
– Mahir menggunakan Internet dan Email
– Mahir menggunakan Microsoft Office/Open Office

MANAJER IKLAN (MIKL)
– Berpengalaman dalam memasarkan iklan untuk majalah/koran minimal 3 tahun
– Inovatif dan kreatif dalam pendekatan pemasaran
– Berbahasa Inggris aktif, lisan maupun tulisan (TOEFL)
– Usia maksimal 30 Tahun
– Mahir menggunakan Internet dan Email
– Mahir menggunakan Microsoft Office/Open Office
Jangan lupa segera kirimkan lamaran Anda, ingat tips yang telah diberikan, tetap optimis dan siap bersaing. Selamat mencoba.

Kebijakan editorial ketika penulisan liputan (2)

Dalam tulisan terdahulu pernah disinggung mengenai kebijakan editorial sebagai panduan dalam penulisan liputan. Kompas sebagai salah satu surat kabar yang mapan telah menetapkan serangkaian kebijakan editorial yang menjadi darah daging dalam penulisan para wartawannya. Tidak hanya penulisan laporan tetapi juga angle liputan, penyusunan berita dan secara keseluruhan tampilan Kompas seperti yang kita simak setiap hari.

Tentu saja dalam beberapa hal ada pengecualian. Namun seperti dijelaskan Jacob Oetama, pendiri, perintis dan mantan Pemred Kompas, humanisme trasendental menjadi bagian penting dalam liputan.

Di BBC pun kebijakan editorial sudah menjadi bagian penting dalam mengendalikan output media. Baik Radio, Televisi maupun Internet, kebijakan editorial sangat penting dalam liputan.

Beberapa poin mengenai kebijakan editorial dapat disimak selengkapnya dalam situs BBC.

Singkatnya adalah:

1.Truth and accuracy

Kebenaran berita lebih penting dari kecepatan. Akurasi jauh lebih penting juga dari sekedar cepat memberitakan. 

2. Impartiality & diversity of opinion

Tidak memihak. BBC berusaha menempatkan sesuatu secara seimbang, dua belah pihak atau lebih yang bertikai diberi tempat sama. 

3. Editorial integrity & independence

BBC memiliki peran sebagai sumber independen, tidak memihak kepada pengusaha atau pemerintah

4. Serving the public interest

5. Fairness

6. Privacy

7. Harm and offence

8. Children

9. Accountability

Istilah editoral policy lainnya bisa dibaca dalam situs BBC.

1.2.1 Trust

Trust is the foundation of the BBC: we are independent, impartial and honest.  We are committed to achieving the highest standards of due accuracy and impartiality and strive to avoid knowingly and materially misleading our audiences. 

1.2.2 Truth and Accuracy

We seek to establish the truth of what has happened and are committed to achieving due accuracy in all our output.  Accuracy is not simply a matter of getting facts right; when necessary, we will weigh relevant facts and information to get at the truth.  Our output, as appropriate to its subject and nature, will be well sourced, based on sound evidence, thoroughly tested and presented in clear, precise language.  We will strive to be honest and open about what we don’t know and avoid unfounded speculation.

1.2.3 Impartiality

Impartiality lies at the core of the BBC’s commitment to its audiences.  We will apply due impartiality to all our subject matter and will reflect a breadth and diversity of opinion across our output as a whole, over an appropriate period, so that no significant strand of thought is knowingly unreflected or under-represented.  We will be fair and open-minded when examining evidence and weighing material facts. 

1.2.4 Editorial Integrity and Independence

The BBC is independent of outside interests and arrangements that could undermine our editorial integrity.  Our audiences should be confident that our decisions are not influenced by outside interests, political or commercial pressures, or any personal interests. 

1.2.5 Harm and Offence

We aim to reflect the world as it is, including all aspects of the human experience and the realities of the natural world.  But we balance our right to broadcast innovative and challenging content with our responsibility to protect the vulnerable from harm and avoid unjustifiable offence.  We will be sensitive to, and keep in touch with, generally accepted standards as well as our audiences’ expectations of our content, particularly in relation to the protection of children.

1.2.6 Serving the Public Interest

We seek to report stories of significance to our audiences.  We will be rigorous in establishing the truth of the story and well informed when explaining it.  Our specialist expertise will bring authority and analysis to the complex world in which we live.  We will ask searching questions of those who hold public office and others who are accountable, and provide a comprehensive forum for public debate.

1.2.7 Fairness

Our output will be based on fairness, openness, honesty and straight dealing.  Contributors and audiences will be treated with respect. 

1.2.8 Privacy

We will respect privacy and will not infringe it without good reason, wherever in the world we are operating.  Private behaviour, information, correspondence and conversation will not be brought into the public domain unless there is a public interest that outweighs the expectation of privacy.

1.2.9 Children

We will always seek to safeguard the welfare of children and young people who contribute to and feature in our content, wherever in the world we operate.  We will preserve their right to speak out and participate, while ensuring their dignity and their physical and emotional welfare is protected during the making and broadcast of our output.  Content which might be unsuitable for children will be scheduled appropriately.

1.2.10 Transparency

We will be transparent about the nature and provenance of the content we offer online.  Where appropriate, we will identify who has created it and will use labelling to help online users make informed decisions about the suitability of content for themselves and their children.

1.2.11 Accountability

We are accountable to our audiences and will deal fairly and openly with them.  Their continuing trust in the BBC is a crucial part of our relationship with them.  We will be open in acknowledging mistakes when they are made and encourage a culture of willingness to learn from them.

Tips masuk dunia jurnalistik (2)

Ada sebuah nasihat dari seorang pakar marketing dan karir. Kebanyakan orang untuk mengambil sebuah karir adalah tidak mengambil keputusan. Orang ragu-ragu apakah karir yang akan dimasuki memiliki masa depan baik? Atau cocokkah dengan karakter saya ? Apakah saya mampu ? Saya tidak punya keahlian di bidang ini sebelumnya ? Saya tidak punya pengalaman menulis ?

Sang pakar ini memberi nasihat. Putuskanlah terlebih dahulu. Buatlah keputusan. Pilihlah jalan hidup Anda! Demikian apa yang disarankannya. Diterima atau tidak, kadang-kadang kita tidak memutuskan terlebih dahulu mau kemana.

Jika Anda memutuskan masuk dunia jurnalistik apakah sebagai wartawan bidang media cetak atau elektronik, segera ambil. Jangan menunggu sampai habis waktu kita. Bertanyalah mengenai prospek di bidang ini kepada sahabat, rekan atau orang yang bisa diminta pertimbangkan.

Setelah mengambi keputusan, tuliskanlah. Tuliskan keputusan itu diatas sehelai kertas atau di sebuah file atau di sebuah blog. Tuliskan dengan rinci tujuan Anda dalam karir itu. Tidak menuliskan secara eksplisit untuk keperluan Anda sendiri, maka keputusan itu tidak lain adalah harapan kosong.

Jika kita memutuskan sesuatu kemudian menuliskannya, maka energi akan menyatu antara harapan dan kenyataan. Antara apa yang dipikirkan dengan apa yang akan terjadi. Tangan dan pikiran serta seluruh energi dalam tubuh Anda tersalur kedalam tulisan itu. Keputusan tidak akan jadi harapan kosong. Keputusan itu telah menjadi energi.

Langkah selanjutnya akan mengikuti keputusan yang ditulis itu. Langkah-langkah berikutnya akan beranjak dari keputusan yang telah ditulis. Tidak percaya ? Coba tuliskan, apa yang Anda kehendaki dengan masuk dunia jurnalistik. Lalu apa langkah-langkah berikutnya. Tanpa ada rincian, sekali lagi keputusan itu tinggal angan-angan Anda.

Tips masuk dunia jurnalistik (1)

Banyak pertanyaan seputar bagaimana memasuki dunia jurnalistik ketika sebuah lowongan dipasang. Bagaimana caranya ? Mengapa saya gagal ? Saya baru lulus bisakah masuk ke dunia jurnalistik. Lalu mau melamar bagaimana caranya ?

Pertanyaan serupa pernah muncul dalam benak saya sebelum memasuki dunia jurnalistik.

Salah satu tip untuk memasuki dunia jurnalistik adalah kesiapan dari dalam diri kita ? Apakah kita benar senang melihat bagaimana kesibukan para wartawan, presenter televisi atau radio dan berbagai tokoh jurnalistik berbicara soal media ? Jika ya, maka teruskan pada tahap berikutnya.

Mengapa minat menggebu ini penting ? Karena dengan modal inilah semua kesulitan bisa diselesaikan. Minat yang tinggi dinggal digabung dengan skills, misalnya membuat cv dan wawancara.

Jika minat sudah ada, maka mulailah bertindak menuju dunia jurnalistik dengan banyak menulis, banyak membuat analisa dan membuat opini di media massa di kota Anda. Identifikasi minat Anda. Bila bermimat di dunia sastra, mulailah dengan menulis puisi, prosa atau cerpen. Mulailah sekarang juga apalagi bagi yang akan lulus. Tulisan Anda di sebuah media daerah atau bahkan media nasional akan memperkuat bobot Anda dibandingkan dengan rekan lainnya ketika sama-sama mengajukan lamaran ke sebuah perusahaan.

Jika tidak bisa dimuat, saran Mochtar Lubis, buatlah tulisan setiap hari – sekali lagi setiap hari – di buku harian Anda. Membiasakan memberi komentar dan deskripsi akan memberikan kekuatan dan modal penting dalam liputan di masa datang. Saran Mochtar Lubis – tokoh sastra ini – sangatlah berarti karena begitu Anda memang tuts komputer atau pena, kadang-kadang Anda tidak berani mengungkapkan perasaan, opini atau argumentasi. Anda menjadi pemalu.

Nah bagaimana Anda bisa pemalu menulis komentar tentang peristiwa di sekitar Anda mulai dari kasus korupsi, banjur, got mampet, kemarau panjang dan angkot yang tidak disiplin, kalau bisa berbicara dan berdebat dengan rekan Anda tentang suatu masalah yang lagi hot. Kebiasaan menulis buku harian – tidak selalu tentang romantisme Anda – mengenai topik sosial, nasional dan internasional akan membuat Anda terbiasa dan terbuka dalam mengajuka pendapat. Anda juga bisa terbiasa menuliskan secara runtut dan logis.

Bila sudah selesai, kaji dan baca kembali. Siapa tahu memang dari situ kelihatan bakat Anda dalam penulisan. Tidak selalu tentu tulisan pertama akan menjadi karya yang terpuji, tetapi Anda telah mengawali langkah untuk memasuki karir di dunia jurnalistik.

Sekali lagi mulailah menulis. Tulis apa saja, beri komentar apa saja. Lalu perlahan-lahan buatlah ulasan terhadap peristiwa yang menarik minat Anda. Keluarkanlah seluruh pengetahuan dan daya analisa Anda, niscaya ini akan menuntun ke dunia lebih luas dalam tahap awal dunia jurnalistik.

Jangan menyerah jika selama satu hari, Anda tidak menulis apapun karena merasa buntu pikiran. Saat kesulitan seperti itulah yang menentukan apakah Anda menyerah atau terus maju.

Meliput konflik

Salah satu tantangan dalam peliputan adalah meliput konflik baik itu berupa konflik politik, militer atau konflik sosial. Pertikaian adalah bagian dari kehidupan manusia dalam tataran individual, kelompok bahkan negara. Kita mengenal dua blok besar saat Perang Dingin antara blok Uni Soviet dan Amerika Serikat.

Dua blok besar ini selama hampir setengah abad menjadi bagian dalam khasanah pelaporan jurnalistik. Media massa dalam kurun waktu antara 1945 sampai 1980-an didominasi oleh pertikaian besar antara blok komunis dan kapitalis. Media massa pun terpengaruh dalam pengkotakan itu. Sulit disebutkan bagaimana muncul objektivitas jika liputan konflik itu kemudian dituangkan dalam karya jurnalistik. Masing-masing negara, masing-masing media dan bahkan masing-masing wartawan terpengaruh oleh adu kekuatan itu.

Salah satu tips dalam kondisi itu adalah kaidah dasar jurnalistik untuk memuat kedua belah pihak atau sekian pihak yang terlibat dalam konflik ini. Pandangan kedua pihak perlu dicatat dan dilaporkan disertai grafik atau gambar.

Dalam konflik di Lebanon yang disebut-sebut antara Israel dengan Hamas dan Israel dengan Hizbullah maka mau tidak mau penulisan liputan baik langsung maupun dari sumber kedua seperti kantor berita, tugas utama media adalah memetakan persoalan. Kampanye kedua belah dipetakan dalam sebuah bingkai konflik antar dua pihak.

Tentu saja sulit melepaskan dimana media dan jurnalis itu berada dalam penulisan jika konflik itu melibatkan emosi. Gempuran besar terhadap Lebaon dari superioritas udara Israel bisa disebut sebagai perang tidak berimbang karena tidak melibatkan pertempuran yang sebanding. Sebenarnya ini tugas jurnalis juga menggambarkan apa yang terjadi dengan serangan itu dan bagaimana perlawanan dari Hizbullah terhadap serangan itu.

Namun ada catatan mengenai laporan konflik ini. Meski tetap berusaha untuk berimbang dalam pemuatan berita namun media juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Apakah itu kebijakan editorial atau para pembacanya, maka penyajian untuk mencapai sebuah liputan obyektif bukan berarti tidak boleh menonjolkan satu berita atau pandangan.

Dalam situasi di Lebanon tentu nasib warga Lebanon yang terusir karena perang lebih menarik menjadi perhatian ketimbang pertempuran yang tidak seimbang. Atau bisa juga mengambil angle mengenai heroisme Hizbullah sebagai underdog melawan goliath Israel.

Setiap liputan konflik memerlukan kreatifitas juga. Tidak selalu media harus mengikuti pola pemberitaan yang berlaku atau disajikan kantor berita asing seperti Reuters atau AFP. Namun setelah mengolah data dari berbagai media, bisa saja media di Indonesia menyajikannya yang tepat sesuai konsumsi pembaca.

Penyajian liputan yang salah terhadap sebuah konflik akan menimbulkan keresahan dari pembacanya. Mungkin apa yang dianggap seorang jurnalis profesional adalah proporsional dan adil dalam liputan, belum tentu dianggap tepat oleh pembaca. Oleh sebab itu perlu ekstra hati-hati mengenai cara menyajikan liputan seperti terjadi di Lebanon. Untuk soal kehati-hatian ini memang insting jurnalis yang lama bisa membaca dan merasakan bagaimana denyut masyarakat itu, tidak hanya sekedar faktual seperti disajikan media utama Barat meskipun sebenarnya tidak faktual juga. Kalau kita simak lebih rajin televisi misalnya, Al Jazeera akan kentara sekali menonjolkan satu sisi yang lebih menekankan sisi Arab-nya bukan pernyataan dari ibu kota negara-negara Barat.

Lowongan untuk editor dan wartawan

Berikut ini kesempatan terjun di dunia jurnalistik dari sebuah milis wartawan, silahkan cek kepada alamat yang dituju. Catat: Paling lambat 3 Agustus 2006.

EDITOR/TRANSLATOR/JOURNALIST REQUIRED

Our client an establish national IT Solution Provider
is seeking highly caliber candidate to work in their
office in Jakarta as Editor/Translator/Journalist
(Code MR-ETJ).

The Qualifications :

• Male/Female, max 30 years old
• Bachelor degree from any discipline with minimum GPA
is 3.00
• Having experience in related area at least for 3
years.
• Excellent ability in writing essay and article in
English and Bahasa Indonesia
• Excellent English and Bahasa Indonesia
• Good sense to generate creative works with Microsoft
Publisher, Adobe Photoshop or Adobe creativity
• A fast learner and committed to self improvement
• Willing to work under tight deadline
• Having experience in journalist, mass media or
advertising company is advantage

For interested qualified candidates, please send your
updated resume with photograph not later than 3rd
August 2006, to career@hitss.co.id . Please put the
position code : MR-ETJ in your email subject.

Only shortlisted candidate who meet the qualifications
will be notified.

Kebijakan editorial ketika penulisan liputan

Apa yang membedakan satu koran dengan koran lainnya dalam liputan ? Jawaban simplenya: kebijakan editorial. Editorial masing-masing surat kabar atau media berbeda satu sama lain. Boleh dikatakan tidak ada media yang sama persis kebijakan editorialnya dalam pemberitaannya.

Kebijakan editorial inilah yang “membimbing” seorang jurnalis menuliskan laporan liputannya. Dengan adanya editorial ini juga memudahkan liputan di lapangan, menggarisbawahi liputan dan mengangkat tema-tema liputan.

Kompas misalnya sangat kuat dalam kebijakan editorial dengan menyandarkan apa yang disebut humanismei transendental. Humanisme atau kemanusiaan dipahami dalam konteks manusia sebagai orang yang memiliki nilai hidup keagamaan. Humanisme transedental merupakan pilar Komapas dalam semua liputan mulai dari hiburan sampai dengan berita politik.

Dalam sebuah tulisan tepat 40 tahun Kompas, Jacob Oetama menulis seperti ini soal kebijakan editorial:

Pandangan, sikap hidup, dan orientasi nilai Kompas adalah faham kemanusiaan yang beriman, yang percaya kepada nilai abadi dan nilai kemanusiaan.

Bukan saja pendidikan yang diperlukan anak manusia, tetapi juga pencerahan, pendidikan akal budi. Ilmu, kepandaian, kecerdasan menjadi bagiannya. Tetapi juga watak atau karakter, kepribadian, rasa tanggung jawab, kejujuran, dan ketulusan.

Orang Perancis menyebut surat kabar sebagai un journal c’est un monsieur, surat kabar bersosok, berpribadi justru karena memiliki pandangan hidup yang transenden serta pandangan hidup kemasyarakatan.

Lebih dari sekadar suatu informasi dan peliputan perihal peristiwa dan permasalahan, surat kabar adalah juga interaksi. Dalam bahasa sehari-hari karena itu surat kabar mempunyai policy, editorial policy, kebijakan editorial. Juga kebijakan perusahaan.

Pandangan dasar koran atau media apapun memang penting untuk memiliki semacam falsafah atau hal-hal fundamental yang membuat sebuah lembaga media berdiri. Jika hanya kebutuhan komersial, lembaga media memang bisa menjadi kaya tetapi tidak memberikan “daya pikat” yang kuat untuk sebuah bangsa secara keseluruhan. Media komersial hanya akan memperkaya para pemilik media itu secara materi tetapi mungkin tidak akan “memperkaya” khasanah kebudayaan bangsa.

Oleh sebab itulah maka sebuah kebijakan redaksi sangat penting dalam liputan di lapangan. Terjun ke lapangan tanpa panduan akan menyulitkan para jurnalis. Selain itu tanpa sebuah semangat kebersamaan dalam sebuah media maka bisa terjadi ketidakharmonisan dalam penyajian berita dan liputan.

Tantangan meliput di Timur Tengah

Dengan suasana membara saat ini di Lebanon dan Gaza, bagi seorang jurnalis ini adalah tantangan nyata. Drama pengungsian mungkin lebih menarik untuk diikuti dari sekedar pemboman yang dilakukan Israel dan Hezbullah. Kalau ke lapangan mungkin banyak feature and angle bisa dikembangkan.

Sebaliknya jika kita tidak memiliki kesempatan datang ke lokasi peristiwa, salah satu jalan adalah mengembangkan pengamatan dari jauh. Studi dari sumber kedua tidak ada salahnya. Sumber berita seperti majalah, koran,online news dan jurnal ilmiah merupakan sumber penting untuk penulisan berita.

Bahkan keuntungan penulisan dari jauh adalah analisis bisa lebih tajam dan menukik. Berbagai sumber bisa dihimpun mulai dari sumber di Timur Tengah, Barat dan dari Indonesia sendiri. Jadi meskipun posisinya di Jakarta misalnya analisis dan pembuatan berita akan jalan terus bagi seorang jurnalis. Bahkan dengan tingkat tertentu bisa mengembangkan daya analisis yang lebih menyeluruh karena membandingkan berbagai sumber.

Sebaliknya jika terjun ke lapangan tantangannya akan lebih besar dan juga ancaman fisiknya tinggi. Kebutuhan untuk pelatihan liputan perang atau daerah konflik harus sudah melengkapi diri kita. Jika tidak ada pengalaman terjun ke medan berat seperti arena perang di Lebanon selatan mungkin bisa berlatih di Indonesia mengikuti jurnalis senior ke daerah konflik mulai dari Aceh sampai Papua.

Sekali lagi tantangan di lapangan adalah bersifat fisik. Kita sebaiknya memiliki stamina tinggi untuk terus menerus awas dan waspada dengan situasi sekitarnya.

Salah satu pengalaman terjun ke lapangan adalah jalinlah persahabatan dengan sebanyak mungkin wartawan lokal dan wartawan Barat. Di lapangan kita biasanya memiliki semangat korps. Jadi apakah wartawan tulis, kameraman, fotografi atau radio memiliki semangat jurnalistik yang sama. Kecepatan, ketepatan, angle yang beraneka ragam serta teknik pengiriman yang memenuhi deadline adalah kebutuhan jurnalis di lapangan.

Oleh sebab itu biasanya begitu mendarat di sebuah medan liputan jangan lupa memeriksa semua jalur komunikasi yang kita bawa atau saluran telepon dimana menginap. Apakah kita tinggal di hotel atau rumah kenalan, sebaiknya cek dan ricek akses telepon dan internet.

Selain untuk pengiriman juga diperlukan untuk koordinasi dengan editor di kantor. Dijaman dimana telepon seluler sangat mudah maka fungsi SMS juga penting dalam liputan di medan yang keras.

Jangan lupa kalau di lapangan dan sempat memiliki akses ke internet atau ke faks untuk senantiasa mengecek perkembangan dunia serta angle yang dikembangkan wartawan kantor berita jika menyangkut pemberitaan hardnews. Namun untuk feature kita bisa mengembangkan keunikan khusus.

Cerita lucu Bush dan Blair

Wartawan memang harus jeli melihat perilaku para pemimpin dunia. Inilah yang ditangkap banyak media termasuk televisi mengenai perbincangan sangat intim antara Bush dan Blair.

Bush’s open mike gaffe reveals truth of the special relationship

By Philip Webster in St Petersburg

Times TV: Watch Bush’s gaffe

::nobreak::WHAT Hezbollah is doing in Lebanon is “shit”, according to the most powerful man on the planet.

President Bush’s uncomplicated view of world events was laid bare yesterday when his unguarded conversation with Tony Blair at the end of the G8 morning session in St Petersburg was picked up by a microphone and broadcast around the world.

Thus we learnt that Mr Bush and Mr Blair get on so well that the President greets the Prime Minister as a mate with the words “Yo, Blair. How are you doin’?”

In “Bush and Blair unplugged” we could also hear Mr Bush’s delight at being given a present, apparently a Burberry sweater, by his British friend and Mr Blair’s less than convincing claim that he had chosen it himself.

But on the issue of the moment, the Middle East conflagration, Mr Bush had a straightforward solution. “The thing is that what they need to do is get Syria to get Hezbollah to stop doing this shit and it’s over,” he told Mr Blair. The “they” was widely presumed to be Russia.

A transcipt of their exchange also reveals that Mr Blair volunteered for the task of going to the Middle East and taking the temperature.

Mr Bush tells him that Condoleezza Rice, his Secretary of State, will be going out to the region but that he has told her of Mr Blair’s offer. Mr Blair says: “It’s only if she needs the ground prepared as it were. Because obviously if she goes out she’s got to succeed, whereas I can go out and just talk.” It emerged later that a trip by Mr Blair had not been ruled out.

So clipped and familiar were their exchanges that at times it was difficult to work out what or whom they were talking about.

Who, for example, is the man Mr Bush calls “sweet” and Mr Blair calls “honey”? Mr Blair speaks of this mystery figure musing about Lebanon turning out fine, a solution being achieved in Israel and Palestine and Iraq going the right way.

At first the hot money was on it being Kofi Annan, the United Nations Secretary- General, but some believed that they meant President Assad of Syria. They were right, said officials: Mr Assad was the figure both leaders had in mind.

Asked what Mr Bush said when told his comments were overheard, White House spokesman Tony Snow said: “His reaction first was ‘What did I say?’, so we showed him the transcript, then he rolled his eyes and laughed.”

‘Yo, Blair. How are you doin’?’

Bush Yo, Blair. How are you doin’?
Blair I’m just . . .
Bush You’re leaving?
Blair No, no, no, not yet. On this trade thingy . . .(inaudible)
Bush Yeah, I told that to the man. Thanks for (inaudible) it’s awfully thoughtful of you.
Blair It’s a pleasure.
Bush I know you picked it out yourself.
Blair Absolutely (inaudible).
Bush What about Kofi? (inaudible) His attitude to ceasefire and everything else . . . happens.
Blair Yeah, no I think the (inaudible) is really difficult. We can’t stop this unless you get this international business agreed.
Bush Yeah.
Blair I don’t know what you guys have talked about, but as I say I am perfectly happy to try and see what the lie of the land is, but you need that done quickly because otherwise it will spiral.
Bush I think Condi is going to go pretty soon.
Blair But that’s, that’s, that’s all that matters. But if you . . . you see it will take some time to get that together.
Bush Yeah, yeah.
Blair But at least it gives people . . .
Bush It’s a process, I agree. I told her your offer to . . .
Blair Well, it’s only if, I mean, you know. If she’s got a, or if she needs the ground prepared, as it were. Because obviously if she goes out, she’s got to succeed, if it were, whereas I can go out and just talk.
Bush You see, the thing is, what they need to do is to get Syria to get Hezbollah to stop doing this shit and it’s over. (inaudible)
Blair Syria.
Bush Why?
Blair Because I think this is all part of the same thing.
Bush Yeah.
Blair What does he think? He thinks if Lebanon turns out fine, if we get a solution in Israel and Palestine, Iraq goes in the right way . . .
Bush Yeah, yeah, he is sweet.
Blair He is honey. And that’s what the whole thing is about. It’s the same with Iraq.
Bush I felt like telling Kofi to call, to get on the phone to Assad and make something happen.
Blair Yeah.
Bush We are not blaming the Lebanese Government.
Blair Is this . . .? (he taps the microphone in front of him and the sound is cut.)

TESTING, TESTING

Ronald Reagan Just before a radio address, he said into a live microphone: “I’m pleased to tell you that I just signed legislation which outlaws Russia forever. The bombing begins in five minutes”

John Major After finishing an interview in 1993, microphones recorded the Prime Minister calling some of his Cabinet members “bastards”

President Bush An open microphone caught him describing a New York Times reporter as a “major league asshole” at a 2000 campaign event

The Prince of Wales His description of the BBC reporter Nicholas Witchell as an “awful” man was overheard during his 2005 Swiss skiing holiday

Source: Times