Advanced Reporting: Essential Skills for 21st Century Journalism

Advanced Reporting

Kemampuan reporter yang berkarir di media massa semakin lama tuntutannya semakin besar. Dia tidak hanya mampu menuliskan laporan dengan akurat dan menarik tetapi juga harus memiliki kemampuan multimedia. Dia harus mampu melaporkan untuk televisi, radio, online dan cetak. Tuntutan ini muncul sejalan semakin besarnya kemungkinan integrasi media di satu pintu teknologi apakah gadget atau televisi.

Namun demikian perkembangan teknologi ini tidak lain merupakan pendukung dari profesi di dunia jurnalisme. Pola aktivitas jurnalisme masih tetap sama mulai dari mengumpulkan data empirik di lapangan, menyusunnya sesuai formula out put media dan kemudian menayangkannya. Radio berbeda cara penyajiannya dengan televisi demikian juga berbeda untuk online dan media cetak.

Buku berjudul Advanced Reporting: Essential Skills for 21st Century Journalism menarik untuk disimak. Buku terbitan 2015 karya Miles Maguire ini mengkaji secara tajam bagaimana pola kerja jurnalistik ini meskipun kemajuan teknologi masih memiliki keajegan.

Maguire memformulasikannya dalam tiga tahap yang disebutnya connecting DOT (menyambungkan DOT – titik). DOT ini merupakan singkatan yang disebut Maguire sebagai tools dalam kerja jurnalistik. D adalah documents yang berarti rangkaian dokumen merupakan tulang punggung dari sebuah laporan jurnalistik. Dokumen ini bisa dalam berbagai bentuk apakah laporan rutin dari institusi di masyarakat dan pemerintahan sampai dengan hasil audit yang rahasia. Semua cerita bisa berasal dari sebuah atau lebih dokumen. Mereka yang menguasai dokumen, memiliki keunggulan dalam bercerita.

O merupakan singkatan dari observation (pengamatan). Reporter yang maju akan mengumpulkan kisahnya dalam bentuk observasi yang bisa berupa laporan saksi mata, kunjungan ke tempat kejadian perkara yang diteruskan dengan investigasi lanjutan. Kekuatan observasi dari reporter di lapangan sangat diperlukan karena dari sinilah reporter bisa membuat laporan besar. Bahkan jika kemampuan observasi ini sudah kuat akan menjadi semacam intuisi dimana reporter bisa mengendus berita besar dari kunjungan ke lapangan atau berbincang dengan berbagai nara sumber.

Proses connecting DOT terakhir adalah T yang disebut Maguire sebagai TALK. Reporter disebutnya akan mengajukan banyak pertanyaan dengan berbagai cara dan latar belakang yang berbeda. TALK ini bisa dilakukan misalnya ketika terjadi keterangan pers dari nara sumber atau melakukan perbincangan langsung empat mata dengan narasumber. Penggalian keterangan ini bisa lahirkan kisah yang lengkap akurat. Semakin jauh upaya reporter melakukan verifikasi kepada sumber peristiwa atau kepada dokumen akan semakin lemah kekuatan laporannya.

Tentu saja proses itu tidak berjalan secara kronologis. Ada fleksibilitas dari proses reportase, tergantung situasi di lapangan. Intinya dengan cara-cara seperti itu, seorang reporter yang sudah mahir akan mendapatkan kelebihan dalam menyampaikan laporannya kepada publik. ***

Thick Journalism dalam Televisi Berita

Interview

Interview

Antropolog Clifford Geertz menggunakan istilah terkenal ‘thick description’ untuk melukiskan bagaimana upaya yang dilakukan pakar etnografi membantu kita menafsirkan dan memahami makna dunia yang lain.

Simon Cottle dalam artikel berjudul “In defence of ‘thick’ journalism; or how television journalism can be good for us” meminjam istilah thick description itu digunakan untuk menjelaskan bahwa praktek jurnalisme lebih dari sekedar laporan berita, headline dan nilai berita yang dangkal. Dengan demikian jurnalisme beruaya mengungkap sesuatu lebih dalam, memberikan perspektif yang berbeda dan laporan yang hidup. Kerja jurnalisme seperti itu akan mendorong munculnya berita susulan dan maknanya bagi publik.

Televisi merupakan medium yang berpengaruh untuk meningkatkan pemahaman publik terhadap berita dan opini yang berkembang. Menurut Cottle, teknik thick journalism ini bisa dicapai antara lain melalui: observasi dan kesaksian langsung; investigasi, dokumentasi dan ekspos kasus; presentasi kepentingan yang terlibat konflik dan identitas; program dan teknologi berformat spesifik yang membantu menayangkan gambar-gambar dan isu yang kuat.

‘Thick journalism’ saat ini diperlukan bukan untuk melindungi genre televisi tertentu apakah news, current affairs atau documentary. Hal itu disebabkan tiga genre itu sudah tipis perbedaannya. Menurut Cottle and Rai (2006) kompleksitas jurnalisme televisi saat ini jarang dibahas.

Para peneliti menunjukkan bahwa media sekarang secara market semakin kompetitif, terderegulasi dan berorientasi pasar. Kecenderungan ini telah mengurangi bobot televisi berita baik secara kuantitas dan kualitas program current affairs dan dokumenter.

Munculnya ‘reality TV’, agenda berita yang populis, majalah yang berbasiskan infotainment dan mengutamakan personalitas telah menyingkirkan program berita. Semuanya telah diteliti di Inggris, amerika Serikat dan Australia. Walaupun demikian sebagian aktivitas jurnalisme televisi masih mampu memberikan kontribusi kepada kehidupan demokratis masyarakat.

Jurnalisme televisi yang terdesak dengan kepentingan bisnis dan konsumerisme masih mampu menghasilkan program yang berkualitas. Program yang berkualitas inilah yang memberikan kontribusi penting dalam dialog sehat di dalam masyarakat.

Cottle menyebutkan contoh thick journalism melalui beberapa contoh seperti

1. Behind the headlines, beyond news agendas.

Kasus ini mengenai program televisi di Australia yang menunjukkan bagaimana nasib para pencari suaka di tempat penampungan Woomera di Australia Selatan. Program ini mengangkat tidak hanya berita utama kerusuhan di Woomera tetapi lebih dalam lagi yakni adanya ketidakadilan di dalammya yang memotivasi adanya kerusuhan besar. Program ini memberikan pesan penting dan bahkan berkontribusi untuk munculnya perhatian publik, protes dan terjadinya perubahan.

2. Investigation and exposé

Peran investigasi dan exposé dalam jurnalisme disebut sebagai fungsi Pilar Keempat (Fourth Estate) dalam negara demokrasi dan juga merupakan idealisme profesi jurnalistik. Program ini akan memberikan kontribusi yang disebut John Thompson (1995) sebagai ‘the transformation of visibility’
dimana kekuasaan dan orang-orang berkuasa menjadi di bawah pengawasan dan kritik publik.

3. Circulating public rhetoric, reason and debate

Sejumlah program televisi juga berperan sebagai interlocutor publik, menuntut jawaban dari pengambil kebijakan dan pihak penguasa. Dalam upaya ini media menjadi wahana terjadinya retorika dan eksplanasi yang penting untuk ‘deliberative democracy’

4. Mediatized ‘liveness’and social charge

Live talk yang berbeda dengan perbincangan yang sudah direkam dan diedit memiliki kapasitas menghasilkan pengungkapan, kadang-kadang dramatis, perdebatan dan pernyataan spontan. Wawancara langsung juga memberikan dinamika yang bisa menghasilkan suasana tegang, perbincangan spontan pro dan kontra, menembus jantung permasalahan.”

5. Public performance, emotion and affect

Jika suara dan pandangan yang muncul merupakan bahan mentah untuk proses deliberative democracy, demikian juga emosi dan perasaan yang sering terpendam. Televisi sering mengungkapkan sesuatu yang sifatnya pradi seperti kesedihan dan kemarahan yang terkait dengan kebijakan publik.

6. Voice to the voiceless, identity to image

Jurnalisme televisi mendelegasikan siapa yang dilihat, siapa yang diijinkan bicara dan “pandangan” apa yang didengar. Agenda berita dan berita yang muncul dapat berpengaruh bagaimana grup dan individual digambarkan. Kelompok masyarakat dan individual ini dapat digambarkan sebagai menyimpang, orang luar atau asing. Namun Thick journalism berpotensi mencegah ketidakberimbangan dan ketidakadilan ini.

7. Challenging society’s meta-narratives

Sejumlah program televisi melangkah lebih dalam dalam mengungkapkan masalah kekuasaan dan menggugat keyakinan masyarakat dan pandangan yang sudah diterima. Program ini melakukan konstruksi secara naratif untuk mengkaji pandangan yang berbeda.

8. Recognition, difference and cultural settlement

Kenangan mengenai kekerasan, trauma dan ketidakadilan masa silam dalam bentuk perjuangan masa kini dan menggugah perhatian lebih luas rasa sakit masa lalu dan sekarang.

9. Media reflexivity

Media sekarang kadang-kadang memonitor dan mengomentari kinerja dan praktek sendiri. Program ini sudah lama berjalan seperti Media Watchin Australia atau Right to Reply di Inggris.

10. Bearing witness in a globalizing world

Dunia kita yang semakin global dan terkait namun tidak sederajat mendorong kita untuk mendapat informasi dan merespons kebutuhan dan nasib orang lain. Jurnalisme televisi memiliki kemampuan untuk mengangkat nasib manusia di muka bumi. ***

Sumber: asepsetiawan.com

Sumber: Simon Cottle, In defence of ‘thick’ journalism; or how television journalism can be good for us, dalam Journalism: critical issues, Edited by Stuart Allan, Berkshire, Open University Press,2005.

Banyak peluang di MetroTV

Bagi Anda yang masih memiliki minat menjadi reporter, presenter dan produser terbuka peluang lebar di Metro TV. Dengan program journalist development programme setiap tahun, Metro TV menerima fresh graduate untuk dibina menjadi reporter handal. Training yang diberikan cukup untuk memulai Anda sebagai reporter dan tampil dilayar melaporkan perkembangan nasional.

Syaratnya sederhana saja, Anda memiliki kemajuan menjadi seorang jurnalis yang siap terjun ke lapangan, memiliki pengetahuan luas dan passion terhadap journalism.

Silahkan cek ke : http://career.metrotvnews.com/

Five qualities editors seek in journalists

Find a way to demonstrate your interest.“Showing a passion for journalism will mark you out from the crowd. In my experience it’s surprising how many people apply for positions with no previous experience – even if that experience is just shadowing a day or two,” said James Porter, a veteran BBC journalist who is now at the BBC College of Journalism.

For current students, Porter also recommended getting involved in student media, local papers or radio stations for work experience. “All of these help prove this is not a whim but a real passion,” he said.

Self-publish. “Create your content and get it talked about – create a website or blog and get a chance to make people notice it. I know a computer game journalist who took this route to land his dream job,” said Ross Hawkes, a senior lecturer in journalism at Staffordshire University and a founder of nonprofit hyperlocal project Lichfield Live.

Get techy. “Technology as we all know is becoming increasingly important to broadcasters, in terms of the way we use it in our programs (video walls/touchscreens etc), and the material we generate to feed the web, as we see the growth of special apps, online videos etc, and the ability to shoot your footage, gaining the technical skills will give you a huge advantage over the competition…” said Maryam Nemazee, host of Bloomberg’s “The Pulse with Maryam Nemazee,”

Consider specializing. “Most of the jobs in editorial at Reuters are now financial journalism…,” notesBelinda Goldsmith the global head of editorial learning at Reuters. “We also have general news reporters, however all general news reporters need to also write about finance and explain how political and other news events impact the financial markets and a country’s economy and its people.”

Look for jobs that didn’t exist 10 years ago. “These days many graduates end up in the multimedia world – doing jobs which did not exist 10 years ago,” said Professor Suzanne Franks, the head of undergraduate journalism at City University London. “There are social media openings at all kinds of institutions, which is certainly a good way to get a foot in the door.” Recent City grads have landed jobs at Net Media Planet, AOL’s Autoblog and gadget review site Pocketlint.

Sumber: http://ijnet.org/stories/five-ways-kickstart-journalism-career

The elements of journalism

According to The Elements of Journalism, a book by Bill Kovach and Tom Rosenstiel, there are nine elements of journalism [1]. In order for a journalist to fulfill their duty of providing the people with the information they need to be free and self-governing. They must follow these guidelines:

1. Journalism’s first obligation is to the truth.
2. Its first loyalty is to the citizens.
3. Its essence is discipline of verification.
4. Its practitioners must maintain an independence from those they cover.
5. It must serve as an independent monitor of power.
6. It must provide a forum for public criticism and compromise.
7. It must strive to make the significant interesting, and relevant.
8. It must keep the news comprehensive and proportional.
9. Its practitioners must be allowed to exercise their personal conscience.

In the April 2007 edition of the book [2], they have added one additional element, the rights and responsibilities of citizens to make it a total of ten elements of journalism.

Wikipedia

Reblog this post [with Zemanta]

What is “Journalism?”

Reuter's Got Mojo (that's mobile journalism)
Image by inju via Flickr

By Robert Niles

Journalism is a form of writing that tells people about things that really happened, but that they might not have known about already.

People who write journalism are called “journalists.” They might work at newspapers, magazines, websites or for TV or radio stations.

The most important characteristic shared by good journalists is curiosity. Good journalists love to read and want to find out as much as they can about the world around them.

Journalism comes in several different forms:

I. News
A. Breaking news: Telling about an event as it happens.
B. Feature stories: A detailed look at something interesting that’s not breaking news.
C. Enterprise or Investigative stories: Stories that uncover information that few people knew.

II. Opinion
A. Editorials: Unsigned articles that express a publication’s opinion.
B. Columns: Signed articles that express the writer’s reporting and his conclusions.
C. Reviews: Such as concert, restaurant or movie reviews.

Online, journalism can come in the forms listed above, as well as:
# Blogs: Online diaries kept by individuals or small groups.
# Discussion boards: Online question and answer pages where anyone can participate.
# Wikis: Articles that any reader can add to or change.

The best journalism is easy to read, and just sounds like a nice, smart person telling you something interesting.
Reporting

How do you get the facts for your news story? By reporting!

There are three main ways to gather information for a news story or opinion piece:
# Interviews: Talking with people who know something about the story you are reporting.
# Observation: Watching and listening where news is taking place.
# Documents: Reading stories, reports, public records and other printed material.

The people or documents you use when reporting a story are called your “sources.” In your story, you always tell your readers what sources you’ve used. So you must remember to get the exact spelling of all your sources’ names. You want everything in your story to be accurate, including the names of the sources you quote.

Often, a person’s name is not enough information to identify them in a news story. Lots of people have the same name, after all. So you will also want to write down your sources’ ages, their hometowns, their jobs and any other information about them that is relevant to the story.

Whenever you are interviewing someone, observing something happening or reading about something, you will want to write down the answers to the “Five Ws” about that source:
# Who are they?
# What were they doing?
# Where were they doing it?
# When they do it?
# Why did they do it?

Many good reporters got their start by keeping a diary. Buy a notebook, and start jotting down anything interesting you hear, see or read each day. You might be surprised to discover how many good stories you encounter each week!
Writing

Here are the keys to writing good journalism:
# Get the facts. All the facts you can.
# Tell your readers where you got every bit of information you put in your story.
# Be honest about what you do not know.
# Don’t try to write fancy. Keep it clear.

Start your story with the most important thing that happened in your story. This is called your “lead.” It should summarize the whole story in one sentence.

From there, add details that explain or illustrate what’s going on. You might need to start with some background or to “set the scene” with details of your observation. Again, write the story like you were telling it to a friend. Start with what’s most important, then add background or details as needed.

When you write journalism, your paragraphs will be shorter than you are used to in classroom writing. Each time you introduce a new source, you will start a new paragraph. Each time you bring up a new point, you will start a new paragraph. Again, be sure that you tell the source for each bit of information you add to the story.

Whenever you quote someone’s exact words, you will put them within quotation marks and provide “attribution” at the end of the quote. Here’s an example:

“I think Miss Cherng’s class is really great,” ten-year-old McKinley student Hermione Granger said.

Commas go inside the closing quote mark when you are providing attribution.

Sometimes, you can “paraphrase” what a source says. That means that you do not use the source’s exact words, but reword it to make it shorter, or easier to understand. You do not use quote marks around a paraphrase, but you still need to write who said it. Here’s an example:

Even though the class was hard, students really liked it, McKinley fourth-grader Hermione Granger said.

Source: Robert Niles

Reblog this post [with Zemanta]