Jokowi versus anti-Jokowi

Belakangan makin santer di media perseteruan antara pendukung Jokowi dan anti-Jokowi. Apapun menyangkut Jokowi akan dibahas dan diulas, dipuji dan dikritik bahkan dihujat. Semua orang berusaha untuk ikut nimbrung diskusi soal Jokowi.

Ada berita Puan mengusir Jokowi. Kemudian ada keterangan pers berita itu tidak benar. Ini saja sudah menunjukkan betapa nama Jokowi memang top, menjual.

Ada lagi berita Jokowi tidak ngefek, seperti ditulis sahabat saya Nasihin Masha dari Republika. Alasannya banyak mulai dari Jokowi bukan orang DPP sampai manuver PDIP yang tidak canggih. Apapun pendapatnya, Jokowi memang dibahas dari berbagai sudut. Anehnya, semua orang lalu senang dan gemas untuk melihat Jokowi.

Di Facebook malah muncul tulisan atau fiksi menyerampkan bahwa dibelakang Jokowi ada James Riady dan ada pula komplotannya dari Amerika Serikat. Tulisan ini memang seram dan menunjukkan benar bahwa nama Jokowi laku 1000 persen.

Sama ketika fenomena SBY menang di pilpres 2004, nama Jokowi yang dikukuhkan sebagai Capres PDIP oleh Megawati menjadi kata paling top tahun 2014.

Jokowi memang akan menjadi nama yang terus dibicarakan publik.

Namun jangan lupa esensi memimpin pemerintahan itu sendiri: mensejahterakan rakyat. Idiom ini juga yang seharusnya menjadi bahan diskusi publik. Apa yang ditawarkan Jokowi untuk masyarakat? Sejauh ini belum terlalu kentara. Dan ini bukan untuk membuat sebuah move anti Jokowi tetapi lebih menjadikan perdebatan publik menjadi sehat. Tawaran terbaik dari para capres itulah yang seharusnya dibeli oleh pemilih nanti. ***

Sumber: http://asepsetiawan.com/?p=177